Sabtu, 29 Oktober 2016

Meningkatkan Penguasaan Kosakata (vacobulary) Bahasa Inggris melalui Metode Saintifik dengan menggunakan media audio visual pada siswa kleas VII

MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA (VOCABULARY) BAHASA INGGRIS MELALUI METODE SAINTIFIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 BANJIT
 (Penelitian Tindakan Kelas)



 Oleh : 
 YULIAN FAIZAR, S.Pd. 
DAHLIARDI, S.Pd. 
NURKODRI, S.Pd. 
LUSI PUTRIYNTI, S.Pd. 
ENI ROSDIANA, S.Pd. 

 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN WAY KANAN 2016 I.

PENDAHULUAN 
 A. Latar Belakang Masalah

 Menurut Kurikulum 2013, tujuan belajar mengajar Bahasa Inggris di sekolah menengah pertama adalah: “siswa mampu mengembangkan kompetensi komunikatif secara tertulis maupun lisan.”Mereka diharapkan mampu berkomunikasi baik dalam bentuk tulisan dan lisan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.Sayangnya tujuan tersebut masih sangat sulit untuk dicapai. Berdasarkan hasilpengamatan yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa sebagian besar siswa dari SMPN 1 Banjit jauh dari mencapai target yang direncanakan. Sesuai denganhasil pengamatan peneliti yang juga merupakanguru bahasa Inggris, kinerja siswa kelas VII jauh dari harapan kurikulum, hal tersebut ditinjau dari hasil ujianharian, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester siswa ditemukan bahwa hasilnya masih jauh dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sekolah tersebut yaitu 70 dan nilai rata-rata hasil ujian akhir hanya 50,5. Jelas dapat dilihat bahwa nilai bahasa Inggris sangat rendah, Secara umum hampir semua kemampuan bahasa Inggris masih jauh dari target yang ingin dicapai. Dari pengalaman guru, ditemukan bahwa sebagian besar siswa jika ditanya dalam bahasa Inggris mereka tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, mereka terus memintauntuk diterjemahkan ke dalambahasa ibu (Indonesia) dan mereka tidak bisa menjawabnya dalam bahasa Inggris. Selain itu, sebagian besar siswa kurang motivasi.Mereka mudah bosan karena kondisi pembelajaran statis dan monoton.Mereka harus menghafal sejumlah kosakata. Dalam praktiknya, peneliti menemukan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami kosakata baru Untuk itu peneliti memutuskan untuk melakukan sesuatu yang dapatmeningkatkan penguasaan siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Dari hasil wawancara peneliti menemukan bahwa siswa kurang menguasai kosakata dan mengalami kesulitan untuk belajar kosakata dengan baik, siswa merasa sulit untuk menghafal beberapa kosakata tertentu, karena selama mereka menempuh pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar mereka hampir tidak pernah mempraktikkan dan menggunakan kosakata dalam kegiatan sehari-hari dan guru tampaknya menekankan hanya pada menghafal daftar kosakata tanpa melatih siswa dengan baik untuk mengembangkan kosakata dan melibatkan siswa dalam kegiatan ini. Oleh karena itu, penelitiakan lebih fokus dalam meningkatkan kosakata siswa, selain diketahui bahwa kosakata merupakan salah satu aspek bahasa yang disajikan di kelas selama proses pengajaran bahasa berlangsung, menurut Wallace (1986: 1) menyatakan "kosakata adalah elemen penting dari bahasa", keberadaan kosakata dianggap penting karena merupakan istilah untuk mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai ide kepada orang lain secara efektif. Selain itu, kosakata meraih nilai tertinggi (4 dari 10 poin) dalam ujianberbicara dan menulis, 40% nilai ujian mendengarkan, dan 30% nilai ujian membaca untuk Ujian Akhir Nasional SMP (Depdiknas, 2006: 11-14).Jadi, pengajaran kosakata harus diperhitungkan untuk mendapatkan hasil berupa nilai bahasa Inggrissiswa lebih baik dari sebelumnya. Namun, dengan ratusan ribu kata dalam bahasa Inggris, pengajaran kosakata tampak seperti sebuah proses yang sangat menakutkan. Mengingat banyak jumlah daftar kata-kata dan siswa cenderung melupakan kosakata yang telah mereka pelajari sebelumnya (Maruyama, 1995: 2).Sebagian besar guru bahasa Inggris di SD cenderung memaksa siswa untuk menghafal sejumlah kosakata tanpa memberikan kesempatan bagi mereka untuk berlatih dan menggunakannya dalam kehidupan nyata. Jadi sebagian besar siswa tidak memiliki kesempatan dan media untuk berlatih kosakata, mereka bahkan tidak memiliki minat yang tinggi dalam belajar kosakata karena merasa bosan dengan aktivitas di dalam kelas akibatnya mereka mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan soalujian dan mengikuti kegiatan di kelas karena mereka kekurangan kosakata. Setelah diketahui beberapa permasalahan yang terjadi di sekolah tersebut, peneliti bermaksud untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan mengajar kosakata bahasa Inggris melalui media audio-visual (video) sebagai media. Peneliti berharap dengan membuat perubahan akan menyebabkan perbaikan.Penelitian tindakan merupakan instrumen yang digunakanoleh guru-guruuntuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar.Peneliti akan menggunakan media audio-visual (video) karena berpotensi memperbaiki proses pengajaran dan pembelajaran bahasa. Berdasarkan Gildea, Miller dan pendidikan Wurtenberg (1990: 25), video memberikan dukungan dan metodologi yang akan digunakan dalam pengaturan laboratorium bahasa. Serangkaian media audio-visual (video) (dalam hal ini, gambar-gambar media audio-visual (video) mengenai benda-benda disekeliling mu (things around you)).Gambar-gambar media audio-visual (video)mencakup kosakata yang akrab dan asing bagi siswa.Diharapkan dengan menampilkan media audio-visual (video) dapat meningkatkan pengucapan dan kosakata peserta didik serta diharapkan mampu menghasilkan persentase kenaikan hasil belajar bahasa Inggris yang lebih tinggi. Mengingat fakta di atas penelitian akandifokuskan pada bagaimana siswa dapat menjadi lebih tertarik belajar kosakata. Dengan demikian, guru harus mampu menggunakan media pembelajaran yang menarik dalam mengajar untuk memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam pelajaran kosakata.Kosakata merupakan salah satu faktor penting dalam kemampuan bahasa.Dalam pembelajar bahasa akan menghadapi kesulitan jika mereka tidak cukup menguasai kosakata. Oleh karena itu, guru harus membuat atau menggunakanteknik dalam pengajaran kosakata yang mampu meningkatkan motivasi dan penguasaan siswa untuk belajar dan mencapainya.Salah satu teknik dalam pengajaran kosakata yaitu menggunakan audio visual (video)untuk membantu peserta didik dalam belajar kosakata. Menurut Gardner (1997: 226), salah satu cara untuk memahami kosakata baru adalah dengan menerapkan cara berpikir keras sambil memahaminya. Cara berpikir keras bisa menggunakan alat bantu visual, seperti gambar, atau alat bantu audio visual, seperti televisi, video, komputer yang terdiri dari sistem pendengaran dan visualisasi. Jadi, mengajar kosakata bahasa Inggris secara audio visual (media audio-visual (video)) merupakan salah satu media untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris dan diiharapkan meningkatkan penguasaan kosakata (vocabualary) bahasa Inggris siswa.Peneliti menganggap jika siswa dapattermotivasi dan menarik minat siswa secara otomatis dapat meningkatkan penguasaan belajarsiswa. Dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan dapat memberikan media yang tepat yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat siswa untuk belajar. Peneliti sebelumnya telah mencoba untuk mengajarkan kosakata melalui gambar, tetapi hasilnya tidak maksimal.Sekolah belum memiliki laboratorium bahasa, jadi mengajar bahasa Inggris melalui media media audio-visual (video) dipilih untuk meningkatkan kosakata siswa. Selain itu, akan menjadi cara baru yang digunakan, yang akan memanfaatkan penggunaan laboratorium bahasa, dan mudah-mudahan akan sangat membantu guru untuk meningkatkan penguasaan kosakata (vocabulary) bahasa Inggris siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas peneliti akan memfokuskan penelitian tindakan kelas pada pengajaran kosakata bahasa Inggris dengan menggunakan metode saintifik danmedia audio-visual (video) sebagai media pengajaran dan interaksi yang dilakukan kepada siswa dalam pengajaran dan proses belajar dalam rangka meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran kosakata. Dengan menggunakan media audio-visual (video) sebagai media dalam pembelajaran kosakata, diharapkan dapat meningkatkan penguasaan kosakata (vocabulary) bahasa Inggris siswa, proses belajar mengajar dan kualitas kinerja mengajar guru. Oleh karena itu, judul penelitian tindakan kelas ini adalah "Meningkatkan Penguasaan kosakata (vocabulary) bahasa Inggris melalui metode saintifik dengan menggunakan media audio-visual pada siswakelas VII ASMPN 1 Banjit".

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakahmelalui metode saintifik dengan menggunakan media audio-visual(video)dapat meningkatkan penguasaan kosakata (vocabulary) bahasa Inggris siswakelas VII A SMPN 1 Banjit?
2. Apakahmelalui metode saintifik dengan menggunakan media audio-visual(video)dapatmeningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII A SMPN 1 Banjit?
3. Apakahmelalui metode saintifik dengan menggunakan media audio-visual(video)dapat meningkatkankualitas kinerja mengajar guru?

 C. Tujuan Tujuan dirumuskan oleh penulis adalah:
1. Untuk mengetahui apakahmelalui metode saintifik dengan menggunakan media audio-visual(video)dapat meningkatkan penguasaan kosakata (vocabulary) bahasa Inggris siswa kelas VII A SMPN 1 Banjit.
2. Apakahmelalui metode saintifik dengan menggunakan media audio-visual(video)dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII A SMPN 1 Banjit.
3. Apakahmelalui metode saintifik dengan menggunakan media audio-visual(video)dapat meningkatkankualitas kinerja mengajar guru.

 D. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Praktis  Guru: Guru dapat membuat beberapa inovasi dan variasi pengajaran kosakata dengan menggunakan media audio-visual (video).
    Siswa: Pengajaran kosakata melalui media audio-visual (video) dapat meningkatkan penguasaan kosakata (vocabulary) bahasa Inggris siswa serta memotivasi semangat belajar siswa.
   Sekolah: Diharapkan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan terkait dengan pengembangan pengajaran bahasa Inggris.

2. Secara teoritis Hasil penelitian tindakan kelas ini akan mendukung teori tentang implementasi media audio-visual (video) dalam meningkatkan penguasaan kosakata (vocabulary) bahasa Inggris siswa.

 E. Hipotesis Melalui Metode saintifik dengan menggunakan media audio-visual dapat meningkatkan penguasaan kosakata (vocabulary) bahasa Inggris siswakelas VII A SMPN 1 Banjit

 F. Ruang Lingkup Penelitian tindakan kelas ini akandifokuskan pada pelaksanaan media audio-visual (video) sebagai teknik dalam pengajaran kosakata bahasa Inggris. Peneliti akanmelakukan penelitian tindakan kelas ini di kelas VII A SMPN 1 Banjit. Peneliti melakukan penelitian pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 (Kelas VII A) yang terdiri dari 28 siswa yang mendapat nilai rata-rata terendah dalam ujian akhir. Fokus penelitian ini adalah pada pengajaran kosakata melalui media audio-visual (video) untuk meningkatkan penguasaan kosakata (vocabulary) bahasa Inggris siswa, kegiatan siswa dan kinerja mengajar guru.Materi yang digunakan adalah sesuai dengan pedoman kurikulum 2013 bahasa Inggris (SMP).Materi pembelajaran adalah tentang memahami ejaan, pengucapan, dan makna dari kata-kata tentang benda-benda disekeliling mu (things around you) dan kalimat yang berhubungan dengan topik.Dan pencapaian kosakata diukur dengan kemampuan siswa mengerjakantes tertulis dan lisan. Video yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audio-visual (video) dengan kosakata yang terdapat dalam media audio-visual (video) yang cocok untuk tingkat bahasa Inggris SMP.Dalam kegiatan kelas, guru mempersiapkan media audio-visual (video) yang berisi beberapa gambar dengan topik tentang benda-benda disekeliling mu (things around you) yang terdiri dari beberapa ekspresi dan meminta para siswa untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman mereka melaluimedia audio-visual (video) dan kemudian memeriksa apakah mereka sudah memahami kosakata yang diberikan. Jadi penguasaan siswa dalam memahami kosakata melalui pembelajaran media audio-visual (video) dievaluasi dengan ketentuan menguasai kosakata dan pemahaman media audio-visual (video) serta partisipasi mereka selama proses belajar mengajar. Dalam penelitian tindakan kelas iniakan dilaksanakan berdasarkan siklus. Siklus pertama didasarkan pada masalah yang dihadapi oleh para siswa dan guru.Kemudian siklus kedua dilakukan berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus pertama. Peneliti akan menganalisis dan membahas hasil observasi selama proses pembelajaran dan hasil belajar (tes tertulis dan lisan siswa). Dalam penelitian ini peneliti akan dibantu oleh seorang pengamat (observer) yang akan mengamati berlangsungnya proses belajar mengajar .Proses analisis dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tugas siswa. Berdasarkan analisis dan refleksi ini, akandiputuskan siklus berikutnya dan siklus berikutnya akan difokuskan pada kelemahan dalam siklus sebelumnya.


 II. KERANGKA TEORI 

 A. Konsep Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa,) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari: (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik tersebut, (c) situasi situasi (lembaga - lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan(Carr dan Kemmiss, 1986). Penelitian tindakan kelas merupakan proses pencarian yang berkelanjutan dari sebuah organisasi formal untuk merancang solusi dari masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di kelas (Mc Niff, 1995). Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan digunakan untuk memecahkan masalah dalam kegiatan sehari-hari di kelas untuk membuat proses belajar mengajar yang efektif. Dalam hal ini, penelitian tindakan dipkalianng sebagai cara untuk merancang satu set kegiatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pada dasarnya merupakan cara membuat suatu program refleksif diri yang bertujuan untuk peningkatan pendidikan. Dan upaya kedua untuk mengidentifikasi kriteria kegiatan belajar, untuk merumuskan suatu sistem yang menjelaskan perbaikan, merupakan hasil yang diantisipasi dari program refleksif diri.Jadi, penelitian tindakan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan metode dan teknik. Selain itu, Kemmiss dan Mc. Taggart (1982: 3) menyatakan bahwa penelitian tindakansengaja dilakukan, berorientasi pada penyelidikan solusi yang dimiliki kelompok pribadi.Menghubungkan istilah "tindakan" dan "riset" menyoroti pentingnya fitur dari metode ini, mencoba ide-ide dalam praktik sebagai sarana meningkatkan pengetahuan atau memperbaiki kurikulum, pengajaran dan pembelajaran. Menurut Kemmiss siklus terdiri dari: tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tindakan melibatkan penentuan pertanyaan yang perlu dijawab dan strategi yang akan digunakan dalam menjawab hal tersebut. Selama pelaksanaan, peneliti mencoba strategi yang telah dirancang.Tahap observasi termasuk merekam hasil strategi data dan juga menjaga sebuah jurnal di pikiran para praktisioner dan menanggapi seluruh pengalaman. Akhirnya, pada tahap refleksi, menyimpulkan bahwa siklus baru dapat dimulai (Kemmiss, 1982: 5) Penerapan di kelas, penelitian tindakan kelas merupakan pendekatan (1) meningkatkan pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk menyadari praktik mereka sendiri, menjadi penting untuk praktik, dan persiapan untuk mengubahnya, (2) partisipatif, dalam arti bahwa hal itu melibatkan guru dalam penyelidikan, dan kolaboratif, dalam hal ini melibatkan orang lain sebagai bagian dari penyelidikan. Ini adalah penelitian "dengan" daripada penelitian "pada".

 B. Konsep Kosakata Kosakata adalah semua kata-kata bahasa (The World Book Dictionary, 988: 2342).Kosakata adalah komponen dalam bahasa yang tidak bisa dipisahkan ketika belajar bahasa. Harmer (1993: 153) menyatakan bahwa jika struktur bahasa membentuk kerangka bahasa, kosakata merupakan organ vital dalam bahasa. Dan Napa (1991: 6) mengatakan kosakata merupakan salah satu komponen bahasa dan tidak ada bahasa yang ada tanpa kata-kata.Ini berarti bahwa untuk berkomunikasi dengan baik, kita perlu menguasai kata-kata untuk menyampaikan pikiran kita.Hal ini sangat relevan dengan pernyataan yang dinyatakan oleh Wallace bahwa kosakata didefinisikan sebagai persediaan kata-kata yang digunakan oleh orang-orang, kelas tertentu (Wallace, 1987: 30). Selain itu, ia menambahkan bahwa kosakata adalah aspek penting dari bahasa. Dengan menguasai banyak kosakata, orang dapat memahami seseorang dalam hal berbicara maupun tertulis. Dengan demikian, kosakata adalah suatu hal yang penting bagi semua orang untuk belajar memahami ucapan orang lain. Jadi semakin banyak kata yang kita miliki, komunikasi akanmenjadi lebih baik. Kridalaksana juga (1983: 98) menyatakan bahwa kosakata adalah komponen bahasa yang berisi informasi tentang arti dan menggunakan kata-kata dalam bahasa.Artinya kosakata merupakan bagian dari bahasa yang membuatnya berarti. Berdasarkan Fries (1974: 4), kosakata diklarifikasi menjadi empat jenis: 1. Konten mewakili nama subjek atau hal-hal yang merupakan kata benda konkret /nouns (car, pen, and bag), tindakan yang dilakukan yaitu kata kerja / verbs (teach, cook, and make), dan kualitas, yaitu: kata sifat / adjectives (nice, fat, and beautiful). 2. Fungsi kata-kata adalah digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan hubungan struktur tata bahasa, seperti kata penghubung / conjunction (and, but, or), artikel / article (a, an, the), kata bantu / auxiliaries(do, does, did). 3. Pergantian kata, mewakili hal-hal individu atau tindakan tertentu sebagai pengganti kelas seluruh bentuk kata-kata, yaitu, mengidentifikasi (anybody, anyone). 4. Didistribusi kata, yang didistribusikan digunakan sesuai dengan mater gramatikal sebagai ada atau tidak adanya negatif, seperti: some, any, either dll. Penelitian ini lebih difokuskan pada isi kata karena kata konten terdiri dari kata-kata yang dapat dikaitkan ke dalam, dan jenis-jenis kata-kata tidak dapat dikaitkan dengan baik karena mereka memiliki kata-kata yang terbatas.
 C. Konsep Pengajaran Kosakata Belajar bahasa asing terutama bahasa Inggris sangat penting karena bahasa dapat meningkatkan kemampuan komunikasi. Jika kita mampu berbahasa Inggris kalianakan dapat berbicara dengan lebih dari 400 juta orang. Kita juga akan dapat memperoleh pengetahuan, adat dan cara hidup bangsa lain. Belajar bahasa asing dapat menambah pengetahuan tentang bahasa kita sendiri. Misalnya, jika kita belajar bahasa Inggris kitaakan tahu bahwa Indonesia menyerap beberapa kosakata dari bahasa Inggris. Mengacu pada pentingnya belajar bahasa penulis diasumsikan bahwa guru harus mampu memilih teknik untuk pengajaranbahasa. Hal ini penting karena akan mempengaruhi pertemuan akhir belajar bahasa yaitu kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Mengajar beberapa kosakata baru merupakan salah satu tugas dari guru bahasa Inggris. Memilih media yang sesuai untuk diterapkan di kelas merupakan salah satu cara untuk membuat kegiatan pengajaran kosakata berjalan lancar. Tetapi sebelum mengajar, guru harus mempertimbangkan beberapa aspek yang akan membantu guru mengajar di kelas. Pertama, guru harus mempertimbangkan jenis kosakata apa yang harus diajarkan. Nation (1990: 5) mendefinisikan empat jenis kosakata yang harus dipertimbangkan oleh guru yaitu : 1. Kata ini sangat sering dan sangat penting bagi peserta didik. 2. Kata menyebabkan kesulitan tertentu. 3. Kata diperlukan untuk kegiatan lain, seperti permainan, membaca atau mendengarkan, olahraga, bicara. 4. Kata-kata berisi fitur atau pola yang teratur. Pengetahuan tentang bantuan pola inipeserta didik menguasai kata lain lebih mudah. Kedua, guru harus mengetahui pengelompokan kosakata atau kata-kata.Ada dua klasifikasi utama kata-kata; fungsi kata-kata dan konten kata-kata.Fungsi kata-kata adalah; meskipun beberapa dari mereka mungkin juga penuh kata yang berarti konten, primer atau sebagian besar beroperasi sebagai sarana mengekspresikan hubungan struktur gramatikal (Fries: 1967: 44). Contoh fungsi kata-kata; seperti kata penghubung / conjunction (and, but, or); artikel / article (a, an, the) , dan preposisi / preposition (on, at, with). Pengelompokan kata utama lainnya adalah konten kata-kata. Konten kata-kata adalah yang memiliki makna bahkan mereka tinggal sendirian. Contoh kata-kata konten, seperti Noun (school, pen, pencil, bag, white board), Verb (study, do, ), Adverb (well, dillegently, qickly), dan Kata Sifat / Adjectives (good, beautiful, nice). Hal terakhir yang harus dipertimbangkan oleh guru dalam mengajar kosakata adalah cara mentransfer makna kata-kata baru. Fungsi guru sebagai sumber informasi.Suara guru (penjelasan lisan), tubuh (demonstrasi) atau tangan (gambar atau menunjuk gambar) bisa menjadi pemancar melakukan kegiatan mengajar di kelas. Kesimpulannya, mengajar kosakata adalah kegiatan mengkomunikasikan makna, ejaan dan pengucapan kata-kata. Pada sesi terakhir dari kegiatan mengajar, diharapkan siswa akan dapat menggunakan kosakata dalam bentuk yang benar baik lisan maupun tulisan. Nation (1950: 52) memberikan beberapa cara yang mungkin mengajarkan kosakata baru. Cara mengajar kosakata baru dibagi menjadi dua kelopok yaitu dengan menunjukkan atau menggunakan gambar, dan dengan menggunakan penjelasan verbal. Cara yang diusulkan oleh Nation memiliki kekuatan dan kelemahan, tetapi itu semua kembali ke pertimbangan guru memilih cara mengajar makna kosakata. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dengan menunjukkan atau menggunakan gambar: 1. Menggunakan obyek 2. Menggunakan sosok / figur 3. Menggunakan isyarat 4. Melakukan tindakan 5. Gambar di papan tulis atau diagram 6. Menggunakan gambar dari buku-buku 7. Menggunakan audio-visual (televisi, video) Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dengan menggunakan penjelasan lisan: 1. Menggunakan definisi analisis 2. Mengambil kata-kata baru dalam mendefinisikankonteks 3. Menerjemahkan ke dalam bahasa lain (Nation 1990:. 51) Siswa-siswa perlu mengetahui nama benda-benda disekelilingnya dan mereka juga perlu tahu kosakata yang berkaitan dengan benda-benda disekelilingnya. Hal ini sangat penting agar siswa dapat memperluas pengetahuan dan kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa Inggris. Ini adalah tantangan guru untuk mengetahui atau untuk membuat media yang sesuai dalam menyajikan materi kosakata. Sulaiman (1988: 17) menyatakan bahwa alat bantu audio-visual mengkomunikasikan informasi dalam konteks nyata daripada penjelasan panjang secara lisan dan materi audio visual. Ini berarti bahwa media pengajaran menawarkan cara untuk menjelaskan dalam situasi nyata. Hal ini lebih efektif karena penjelasan lebih mudah dipahami daripada penjelasan panjang secara lisan.Hal ini penting untuk menggunakan media pengajaran untuk mengajar kosakata benda-benda disekelilingnya di tempat terpencil, karena siswa dapat melihat sesuatu yang mereka tidak lihat sebelumnya saat mendengarkan penjelasan. Dengan kata lain, hal ini membantu mereka untuk belajar kosakata baru. Brown (1957: 7) menyatakan bahwa pengajaran menunjukkan dan membantu seseorang untuk belajar bagaimana melakukan sesuatu dengan mengetahui atau memahami.Berkaitan dengan pengajaran kosakata, guru memberikan kosakata yang dapat membuat siswa memahami makna bahasa dalam bentuk tertulis dan lisan.Satu hal penting dalam pengajaran kosakata adalah guru harus menyadari bahwa belajar bahasa selalu berurusan dengan sejumlah besar kata-kata yang sulit bagi siswa untuk menghafal sejumlah kata-kata tersebut. Sementara itu, Bismoko (1976; 64) mengatakan bahwa dalam pengajaran kosakata, guru harus memilih kata-kata yang bisa dipelajari dalam waktu yang terbatas, yang kata-kata harus dipilih untuk mengajar dan mana yang harus ditinggalkan.Hal ini menunjukkan bahwa guru harus berhati-hati dalam memilih kata-kata untuk mengajar. Pemilihan kata-kata harus diperhitungkan dan harus berhubungan dengan kurikulum, tingkat siswa, usia serta kebutuhan mereka. Oleh karena itu guru perlu mengetahui hal-hal yang mempengaruhi siswa dalam proses menghafal.

 D. Konsep Kegiatan Belajar Siswa Membangun konsep Douglas di Hamalik (2001: 172) "kita belajar hanya dengan beberapa kegiatan dalam sistem netral: melihat, mendengar, mencium, merasa, berpikir, dan aktivitas fisik atau motorik. Para peserta didik harus aktif terlibat dalam "belajar", apakah itu informasi dari keterampilan, pemahaman, kebiasaan, ideal, sikap atau sifat tugas ". Berdasarkan uraian di atas, kegiatan belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar. Dengan melakukan banyak kegiatan mereka akan mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan aspek perilaku untuk mengembangkan keterampilan mereka.

 E. Konsep Kinerja Mengajar Guru Hal ini diperlukan untuk mengamati kinerja mengajar guru selama proses belajar mengajar. Menurut Foster (1976: 37) seorang guru adalah kekuatan utama yang membentuk perilaku individu anak serta anak-anak dalam kelompok.Kinerja mengajar guru meliputi perilaku guru yang dapat digambarkan sesuai dengan peran spesifik yang berasal dari harapan masyarakat, sekolah, teman sebaya, rekan kerja, dan anak-anak itu sendiri.

 F. Metode Saintifik Dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 dinyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima langkah kegiatan belajar yakni mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), menalar atau mengasosiasi (associating), mengomunikasikan (communicating) yang dapat dilanjutkan dengan mencipta. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik tersebut mengikuti langkah-langkah pada metode ilmiah.Berikut ini langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik. a. Mengamati. Siswa menggunakan panca inderanya untuk mengamati fenomena yang relevan dengan apa yang dipelajari. Fenomena yang diamati pada mata pelajaran satu dan lainnya berbeda. Misalnya, untuk mata pelajaran IPA, siswa mengamati pelangi, untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, siswa mendengarkan percakapan, untuk mata pelajaran bahasa Indonesia siswa membaca teks, untuk prakarya siswa mencicipi iga bakar, dan untuk mata pelajaran IPS siswa mengamati banjir. Siwa dapat mengamati fenomena secara langsung maupun melalui media audio visual. Hasil yang diharapkan dari langkah pembelajaran ini adalah siswa menemukan masalah, yaitu gap of knowledge – apapun yang belum diketahui atau belum dapat dilakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pada langkah ini guru dapat membantu siswa menginventarisasi segala sesuatu yang belum diketahui (gap of knowledge) tersebut. Agar kegiatan mengamati dapat berlangsung dengan baik, sebelum pembelajaran dimulai guru perlu menemukan/mempersiapkan fenomena yang diamati siswa dan merancang kegiatan pengamatan untuk siswa menemukan masalah. b. Menanya. Siswa merumuskan pertanyaan tentang apa saja yang tidak diketahui atau belum dapat lakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat mencakup pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural, sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik.Hasil kegiatan ini adalah serangkaian pertanyaan siswa yang relevan dengan indikator-indikator KD. Guru Membantu siswa merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu/ingin diketahui agar dapat melakukan/menciptakan sesuatu. c. Mengumpulkan informasi/mencoba. Siswa mengumpulkan data melalui berbagai teknik, misalnya melakukan eksperimen, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan nara sumber, membaca buku pelajaran, dan sumber lain di antaranya buku referensi, kamus, ensiklopedia, media massa, atau serangkaian data statistik. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, lembar kerja (worksheet), media, alat peraga/peralatan eksperimen, dan sebagainya. Guru juga membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengisi lembar kerja, menggali informasi tambahan yang dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai siswa memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian data atau informasi yang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan yang siswa rumuskan. d. Menalar/mengasosiasi. Siswa menggunakan data atau informasi yang sudah dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan. Pada langkah ini guru mengarahkan agar siswa dapat menghubung-hubungkan data/informasi yang diperoleh untuk menarik kesimpulan. Hasil akhir dari tahap ini adalah simpulan-simpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang dirumuskan pada langkah menanya. e. Mengomunikasikan. Siswa menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mereka ke kelas secara lisan dan/atau tertulis atau melalui media lain. Pada tahapan pembelajaran ini siswa dapat juga memajang/memamerkan hasilnya di ruang kelas, atau mengunggah (upload) di blog yang dimiliki. Guru memberikan umpan balik, meluruskan, memberikan penguatan, serta memberikan penjelasan/informasi lebih luas. Guru membantu peserta didik untuk menentukan butir-butir penting dan simpulan yang akan dipresentasikan, baik dengan atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi.

G. Konsep Video Dalam lingkungan sehari-hari kita berhubungan dengan audio dan visual (suara dan gambar).Untuk audio, seperti suara musik, manusia, rekaman suara atau hewan lainnya. Untuk gambar visual, seperti makhluk gambar manusia, hewan gambar, poster, dan lain-lain Andre (1982: 21) menyatakan bahwa media audio-visual adalah media yang terdiri dari visual yang dikombinasikan dengan audio yang sangat mungkin bahwa terjadinya komunikasi dua arah antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain media audio-visual merupakan sejumlah peralatan audiovisual yang digunakan oleh guru sebagai pendidik dalam mentransfer konsep, ide-ide dan pengalaman tertangkap oleh indra penglihatan dan pendengaran agar siswa memahami materi yang diajarkan dengan mudah. Canning-Wilson (2000) mendefinisikan video sebagai seleksi dan urutan pesan dalam konteks audio visual. Keyakinan yang cukup ditempatkan dalam nilai alat bantu audio visual untuk meningkatkan pembelajaran bahasa asing. Stempleski di Thao vu (2003) menyatakan bahwa teknologi video memberikan keuntungan nyata dari stop/start, rewind/reply, suara on / off, dan freeze-frame controls. Jadi, video adalah pemilihan yang terbaikdan dapat menyampaikan pesan dalam konteks audio visual. Jadi, apa implikasi praktis menggunakan video di kelas? Pada instruksi tingkat yang paling dasar, video adalah bentuk komunikasi dan dapat dicapai tanpa bantuan bahasa, karena kita sering berinteraksi dengan isyarat, kontak mata dan ekspresi wajah untuk menyampaikan pesan.Video menyediakan rangsangan visual seperti lingkungan dan ini dapat menyebabkan dan menghasilkan prediksi, spekulasi dan kesempatan untuk mengaktifkan background schemata saat melihat adegan visual terulang.Dari definisi di atas, kita dapat menyimpulkan video yang merupakan alat teknologi yang terdiri dari beberapa jenis sistem yang digunakan untuk menunjukkan gambar yang dilengkapi dengan suara yang keluar melalui suara stereo.Video yang dicarakan di sini adalah video yang digunakan untuk pendidikan.

 H. Konsep video dalam Kaitannya dengan Pendidikan Stempleski (2005: 364) menyatakan bahwa video merupakan media yang sangat padat, salah satu yang menggabungkan berbagai elemen visual dan berbagai besar pengalaman audio.Urutan video adalah teks yang berisi tidak hanya kata-kata tetapi elemen visual yang memberikan bukti penting tentang perilaku, karakter, dan konteks, yang tidak biasanya dalam script. Penggunaan media video yang tepat untuk menarik perhatian dan minat siswa dalam memahami kata-kata yang tidak diketahui sejak pengajaran bahasa, melalui video yang membuat bahasa lebih hidup dan bermakna dan membantu untuk membawa dunia nyata ke dalam kelas (Geddes dan Sturtridge, 182-6). Video merupakan media yang baik untuk digunakan di dalam kelas. Ini terdiri dari beberapa fitur yang dapat digunakan untuk memutar video dengan cara yang diinginkan. Selain dapat mempermudah untuk memahami dengan bantuan visual dan dapat menjadi carauntuk memfokuskan perhatian siswa, juga bisa dimainkan lagi dan lagi sampai memenuhi tujuan pengajaran dan pembelajaran. Sebagai Twining (l99l: 209) menyatakan bahwa kegagalan dalam mengingat kosakata dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian, gangguan dari lingkungan yaitu kondisi yang tidak tepat atau strategi untuk belajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru harus membuat siswa menjaga perhatian penuh mereka dalam proses belajar, sehingga peneliti berharap bahwa video akan mampu membuat siswa bersemangat untuk belajar lebih banyak, karena dapat meningkatkan minat mereka untuk memperhatikan lebih pada proses pembelajaran. Video adalah alat yang ampuh dalam membantu pelajar bahasa Inggris meningkatkan kemampuan bahasa mereka.Setelah diputuskan untuk menggunakan video di kelas, pemikiran selanjutnya adalah tujuan dari penggunaan video. Cara penggunaan video dan bahan yang digunakan dengan penggunaan video dalam pembelajaran akan tergantung pada peran video itu sendiri. Ada empat kemungkinan peran video, pertama dapat mengembangkan keterampilan mendengarkan, dapat mendengarkanpemahaman secara umum, mendengarkan secara rinci, yang kedua adalah untuk memberikan informasi, memberikan konten yang relevan dengan kebutuhan dan minat siswa, yang ketiga adalah untuk menyajikan atau untuk memperkuat bahasa misalnya untuk memperkuat tata bahasa dan kosakata, peran terakhir adalah untuk merangsang hasil bahasa dengan penggunaan videosebagai dasar untuk diskusi, model bagi peserta didik untuk mengikuti, dan bantuan visual. Ketika Video digunakan di dalam kelas, dapat merangsang dan memotivasi minat siswa. Penggunaan visual secara keseluruhan dapat membantu peserta didik untuk memprediksi informasi, menyimpulkan gagasan dan menganalisa dunia yang dibawa ke dalam kelas melalui penggunaan instruksi video, video dapat membantu memanipulasi bahasa dan pada saat yang sama terbuka untuk berbagai interpretasi. (Canning-Wilson (2000). Sejalan dengan pertimbangan di atas, bahasa membantu pengajaran yang biasanya digunakan adalah sesuatu yang visual atau pendengaran.Mungkin juga dapat digunakan dalam mengajar anak-anak dan remaja serta dewasa. Dari pengalaman penulis sendiri sebagai siswa dan guru, ia menemukan bahwa segala sesuatu yang baru atau lucu membuat siswa bersemangat, antusias dan mau belajar. Itulah sebabnya penulis memutuskan untuk memperkenalkan bantuan audio visual kepada siswa untuk membantu mereka dalam belajar bahasa Inggris. Orang belajar dengan mengamati, mendengarkan dan melakukan hal-hal. Mereka juga perlu berlatih materi yang telah diajarkan dan merevisinya dengan cara yang tidak membosankan.

 I. Jenis Video Menurut Gallacher (2003) ada beberapa jenis video yang digunakan dalam pengajaran bahasa untuk pelajar muda, yaitu: animation / kartun (misalnya spider, spot, pingu, Mr. Ben, cerita Eric Carlyle, Wallace dan seri gromit, dan ulat sangat lapar.), Program Pendidikan (yaitu TV Dokumenter dibuat untuk anak-anak tentang ilmu pengetahuan / alam dll, seri Dinosaurus, The blue planet), program TV musik tentang musisi, klip video, Drama (misalnya serial TV / sabun untuk pelajar muda). Ada video yang tersedia untuk berbagai macam siswa dan instruksi pengaturan.Burt (1999) menyatakan sekitar dua jenis video yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris; video otentik yang meliputi film, program televisi, dan penyiaran berita, dan video instruksional yang mungkin sudah telah dievaluasi untuk bahasa, konten dan panjang. Selain itu, Kathleen F. Flynn (1998) menyatakan bahwa tiga jenis utama dari video yang tersedia saat ini adalah seri video, video tambahan, dan pembelajaran video dibantu.Tiga jenis utama dari video ESL tersedia saat ini adalah seri video, video tambahan dan pembelajaran video dibantu. 1. Video Series, video merupakan bagian penting dari pertemuan. Siswa mengamati video baik di kelas maupun di rumah. Kebanyakan seri video memiliki alur cerita yang terlibat dan sejumlah karakter dengan situasi kehidupan nyata untuk membahas dan menulis. Ada buku, buku foto yang mengikuti plot, pembaca, dan buku praktikum. Kebanyakan seri video dirancang untuk digunakan baik dalam kelas tradisional dan sebagai bagian dari program pembelajaran jarak jauh. 2. Video tambahan. Hal ini umumnya digunakan sebagai bagian dari sebuah kelas, tetapi mereka juga dapat digunakan di laboratorium bahasa. Video tambahan datang dalam dua varietas. Salah satu jenis dirancang untuk mempromosikan keahlian khusus seperti mencatat atau memahami pembelajaran. Contoh dari jenis video tambahan adalah seri berita. Siswa mengamati siaran berita aktual tentang topik-topik seperti bisnis, kesehatan, lingkungan dan budaya kemudian mengeksplorasi topik ini lebih lanjut dengan teks yang sesuai. Teks berisi bahan bacaan yang berhubungan dengan cerita, latihan kosakata, dan praktik dalam semua empat keterampilan berbahasa. Teks-teks ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan buku tata bahasa utama dalam pembelajaran. Sebaliknya, mereka menyediakan topik saat ini untuk membaca, menulis dan diskusi. Yang kedua diproduksi untuk menemani buku teks atau buku seri. Video ini dimaksudkan untuk meningkatkan seri buku, misalnya, dengan memberikan klip video yang menjelaskan pilihan membaca atau bahasa sorot fungsi, struktur, atau kosakata. 3. Video pembelajaran untuk digunakan dalam laboratorium bahasa, ruang kelas, tarik-keluar kelas, atau pembelajaran berbasis rumah. Video pembelajaran biasanya diperkenalkan oleh guru yang menunjukkan bagaimana siswa menggunakan kaset. Siswa kemudian bekerja pada kecepatan mereka sendiri di laboratorium atau di rumah. Jenis video yang digunakan dalam penelitian ini adalah video series disajikan dalam videovideo yang berisi beberapa gambar dan bentuk tertulis terkait dengan topik baik dalam pendengaran dan visualisasi.Dengan menggunakan video ini siswa dapat memahami kosakata (baik bentuk tertulis dan lisan) dengan mudah dan menarik.

 J. Prosedur Pengajaran Kosakata Menggunakan Media audio-visual Stempleski (2005) menyajikan beberapa panduan yang membantu guru untuk merencanakan pelajaran video yang efektif dan memanfaatkan bahan video untuk efek maksimal. Pengajaran kosakata akan menggunakan tiga teknik, ada tampilan diam, freeze framing, dan tampilan normal. Ini terdiri dari tiga tahap: Meninjau, melihat, dan setelah melihat.
 Meninjau Setiap kegiatan awal mengamatiakan dikaitkan dengan mengembangkan strategi pemahaman pelajar atau merangsang pengetahuan awal siswa. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah: Menceritakan kepada siswa bahwa mereka akanmengamati gambar video dan meminta mereka menjawab beberapa pertanyaan untuk merangsang pengetahuan awal mereka.
  Melihat Pada langkah ini, video dimainkan lebih dari sekali. Tujuan untuk mengamati video untuk pertama kalinya dan diulang kembali mungkin akan berbeda. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah: Tampilan pertama adalah sebagai pemahaman umum. Memutar video sekali dan meminta siswa untuk menebak topik dan konten. Tampilan kedua: Presentasi bahasa. Setelah melihat pertama, meminta siswa menjawab beberapa pertanyaan untuk memeriksa pemahaman dasar mereka dalam konteks media audio-visual.Misalnya, "apa yang Kalian lihat di video"?"Apa benda-benda disekelilingnya yang Kalianinginkan setelah menyelesaikan pendidikan nanti?"
  Setelah Melihat Kegiatan setelah melihat sering dihubungkan dengan ide menggunakan bahasa yang berasal dari video atau video bisa digunakan sebagai stimulus dan tugas setelah melihat yang tidak terhubung dengan cara apapun dengan bahasa yang ditemukan dalam video. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah: memberikan siswa melakukan tes tertulis dan lisan.

 K. Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Video dalam Pengajaran Bahasa 1. Kelebihan Menurut Galacher (1997: 71-95) dan Griffin; 1982, 81-89) ada beberapa keuntungan dari penggunaan video dalam pengajaran bahasa, yaitu:
 Video praktis karena tidak perlu objek nyata untuk membawa ke dalam kelas.  Video dapat digunakan untuk setiap kelas.
 Video dapat menerjemahkan hal-hal yang abstrak menjadi lebih realistis.  Video dapat memotivasi belajar siswa.
 Video dapat digunakan secara individual atau kelompok.  Video dapat menunjukkan gerakan dan suara benda.
 Video dapat memecahkan perbatasan tempat dan waktu. Krashen (1976) mengatakan bahwa mengetahui generasi sekarang yang akrab dengan berbagai media pembelajaran, penggunaan bahan audio visual dalam setiap program bahasa harus mempertimbangkan motivasi. Menurut Peter Sturmey (Journal of Positive Behavior Interventions, Winter 2003), video dapt mengembangkan potensi pada semua jenis usia, tidak terbatas pada SMP saja, karena itu diterima dan digunakan secara luas oleh orang dewasa dan anak-anak yang khas untuk bersantai, pendidikan, dan kegiatan usaha, memiliki potensi yang cukup besar sebagai, bentuk yang dapat diterima secara sosial efektif dukungan. Griffin, L (1997) menyatakan bahwa manfaat menggunaka nvideo yang merupakan media instruksional yang dapat menghasilkan kegembiraan.Menggunakan penglihatan dan menghasilkan suara, video adalah media yang sempurna bagi siswa yaitu mencakup auditori dan visual.
  Video merangsang emosi dan menarik minat belajar siswa, dan menyediakan sarana yang inovatif dan efektif bagi pendidik untuk memenuhi konsep kurikulum.
 Video memberikan pengalaman indrawi yang memungkinkan konsep benar-benar disajikan nyata di dalam kelas sehingga siswa tidak hanya membayangkan yang ditampilkan langsung dalam video.  Video merupakan sarana untuk instruksi interaktif. Kemampuannya untuk berhenti, memulai dan mundur ini sangat berharga. Guru dapat menghentikan video dan menantang siswa untuk memprediksi kelanjutan, menguraikan, atau mendebatkan tentang beberapa poin, guru bisa memutar mundur atau mengulang bagian tertentu untuk memastikan bahwa siswa memahami konsep kunci. Guru juga dapat memastikan interaktivitas dengan mereplikasi kegiatan, workshop, atau demonstrasi di lingkungan kelas. Berdasarkan Dunbar (1996), alat bantu audio visual memiliki beberapa manfaat karena memungkinkan pembelajaranberlangsung dengan melibatkan beberapa indera,dapat digunakan untuk memperkenalkan topik baru dan merangkum ide-ide, dan dapat digunakan untuk menjelaskan ide-ide yang kompleks atau beragam. Oleh karena itu, guru yang baik harus selalu menyadari bahwa pendidikan dan kehidupan adalah satu dan menggunakan panca indera untuk menghidupkan proses pembelajaran. Dalam hal ini penggunaan alat bantu audio visual selalu menjadi bagian integral dari pendidikan dari perangkat tradisional ke perangkat teknologi modern seperti film, radio, tape-recorder dan televisi. Perangkat ini memungkinkan guru bahasa Inggris untuk memperkaya dan melengkapi kurikulum dalam memberikan pengalaman persepsi dan pendengaran sebagai dasar untuk pengembangan bahasa, sehingga membuat proses belajar bahasa Inggris mudah bagi siswa. 2. Kekurangan Ada beberapa kelemahan yang paling sering terjadi ketika menggunakan video sebagai media pengajaran.Gallacher (2003) menyatakan bahwa kelemahan yang ditemukan di dalam kelas adalah pasif.Siswa terbiasa mengamati televisi secara pasif. Guru harus mengaktifkan peserta didik dengan memberikan kegiatan yang dapat merangsang mereka untuk berinteraksi. Selain itu, Rhodes dan Pufahl (2003) menyatakan bahwa video mungkin membosankan jika terlalu sering digunakan dan tidak mendorong interaksi antara siswa dan siswa serta antara siswa dan guru jika guru tidak membangkitkan interaksi di dalam kelas. Menurut Sujana dan Rival (1997: 71-95) dan Hamalik; 1982, 81-89) ada beberapa kelemahan video dalam pengajaran bahasa, mereka adalah:
 Video tidak dapat dilakukan di sekolah-sekolah yang belum difasilitasi laboratorium bahasa atau laboratorium komputer.
 Video relatif mahal dan sulit untuk ditemukan di mana-mana.
 Video hanya dapat digunakan di sekolah-sekolah yang telah memiliki fasilitas laboratorium bahasa dan laboratorium komputer.
 Video adalah dua gambar dimensi. (Diadaptasi dari: Sujana dan Rival (1997: 71-95) dan Hamalik, 1982, 81-89)

 III. METODE PENELITIAN 

 A. Setting Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini dilakukan pada semesterGANJILsiswa kelas VII A SMPN 1Banjit. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris, diketahui bahwa sebagian besar siswa dari SMPN 1Banjit jauh dari mendapatkan target yang direncanakan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris, kinerja siswa kelas satu yang jauh dari harapan kurikulum sekolah dan hasil ujian akhir siswa ditemukan bahwa hasilnya masih jauh dari target KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ) yaitu 70 dan nilai rata-rata hasil ujian akhir hanya 50,5. Jelas dapat dilihat bahwa nilai bahasa Inggris sangat rendah, secara umum hampir semua kemampuan bahasa Inggris masih jauh dari sasaran.Dari pengalaman guru, ditemukan bahwa sebagian besar siswa tidak bisa menjawab pertanyaan guru, mereka terus meminta guru untuk menerjemahkan pertanyaan ke bahasa ibu (Indonesia) dan mereka tidak bisa menjawabnya dalam bahasa Inggris. Penelitian ini dilakukan di laboratorium bahasa sekolah yang telah difasilitasi dengan perangkat video.

 B. Subjek Ada empat kelas dari kelas VII di SMPN 1Banjit. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII A yang terdiri dari 28 siswa.Dari pengamatan dan penjelasan guru kelas, ini dipilih karena sebagian besar siswa memiliki kemampuan terendah dalam pencapaian kosakata diantara kelas-kelas lainnya. Hal ini ditunjukkan dari hasil ujian akhir, sebagian besar siswa tidak lulus target KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Targetnya adalah 70 dan tidak ada siswa yang bisa mencapainya, nilai mereka di bawah KKM, dan rentang nilai mereka antara 40-50,5. Jelas dapat dilihat bahwa nilai bahasa Inggris sangat rendah, secara umum hampir semua kemampuan bahasa Inggris masih jauh dari sasaran.Peneliti mengamati masalah yang terjadi dan mencoba untuk mencari tahu solusi untuk masalah tersebut.Dalam penelitian ini, masalah siswa berhubungan dengan penguasaan kosakata.

 C. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi baik oleh siswa maupun guru.Dalam penelitian tindakan kelas ini, ada dua siklus.Siklus pertama didasarkan pada masalah yang dihadapi oleh para siswa dan guru.Kemudian siklus kedua dilakukan berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus pertama.Setiap siklus terdiri dari empat langkah. Mereka adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Berdasarkan masalah penelitian, peneliti menyiapkan rencana pelajaran, memilih materi dari buku teks, dan menyiapkan tes tertulis dan lisan untuk siswa dan juga lembar observasi yang diisi ketika pengamat mengamati kegiatan belajar mengajar siswa dan guru.
2. Tindakan / Pelaksanaan Tindakan / pelaksanaan merupakan bagian dari siklus dimana guru memberikan perlakuan dengan mengajar bahasa Inggris melalui mengamatimedia audio-visual.Dalam kegiatan ini guru membagikan bahan praktik, dan membiarkan para siswa menyaksikan media audio-visualdan guru mengecek pemahaman mereka dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi dari media audio-visualyang ditampilkan, kemudian guru juga meminta siswa untuk mengecek jawaban yang benar terkait dengan penguasaan kosakata mereka. Selama proses belajar mengajar, kegiatan siswa juga diamati. Pengamatan dilakukan oleh pengamat selama proses belajar mengajar. Pengamat mengamati aktivitas siswa dan juga kinerja guru, maka hasil pengamatan ini diisi dalam lembar observasi.Peneliti dan pengamat juga menafsirkan hasil pengamatan. Langkah ini dimulai pada saat proses belajar mengajar.
3. Pengamatan dan Interpretasi Peneliti menganalisis proses belajar mengajar berdasarkan hasil pengamatan, kinerja siswa dan tes tertulis dan lisan untuk mengetahui peningkatan penguasaan siswa. Pada langkah ini, peneliti dan pengamat menganalisis hasil tes tertulis dan lisan siswa sebagai produk pembelajaran. Peneliti dan pengamat juga menganalisis aktivitas siswa, kinerja guru dan juga segala sesuatu yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan setelah peneliti menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media audio-visualdalam kelas.
 4. Analisis dan Refleksi Setelah menganalisis, peneliti bersama-sama dengan pengamat melakukan refleksi untuk menemukan kelemahan dan kekuatan pelaksanaan kosakata mengajar dengan menggunakan media audio-visualdan juga untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi selama proses belajar mengajar. Dengan demikian, peneliti tahu apa yang harus diperbaiki pada siklus berikutnya. Peneliti dan pengamat menganalisis kelemahan dan kekuatan dari aktivitas, materi, media, penguasaan siswa dan kinerja guru terhadap pembelajaran yang dilakukan. Jika hasil pertama tidak mencapai indikator, siklus berikutnya akan dilakukan. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2006: 33)

D. Indikator Penelitian Untuk melihat apakah media audio-visualdapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pencapaian kosakata dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti menentukan indikator yang berhubungan dengan hasil belajar dan proses pembelajaran. Indikatornya adalah:
 1. Hasil Belajar Berdasarkan nilai stkalianr atau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran bahasa Inggris adalah 70. Jadi, peneliti dan pengamat menentukan target sesuai dengan stkalianr (KKM), jika setidaknya 70% dari siswa nilainya bisa mencapai 60 atau lebih untuk ujian, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media audio-visualdapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa.
2. Proses Belajar Untuk proses pembelajaran, ada dua aspek yang menjadi fokus penelitian ini, aktivitas belajar mengajar siswa dan guru. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berdasarkan masalah yang dihadapi oleh guru, dan dibagi menjadi tiga kegiatan: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Dalam kegiatan awal aspek yang diamati adalah partisipasi di dalam kelas dan menanggapi topik pembelajaran; dalam kegiatan inti, aspek yang diamati adalah siswa memperhatikan 'penjelasan mengajar, fokus mereka pada aspek penguasaan kosakata, dan kegiatan akhir yang diamati adalah penguasaan kosakata siswa setelah pengajaran bahasa Inggris melalui media audio-visual. Target yang ditetapkan oleh peneliti tentang kegiatan siswa adalah 80%.Jadi, jika 80% siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media audio-visualdapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa. Peneliti memutuskan untuk menetapkan 80% sebagai target karena menurut Arikunto di Thaib (2004: 4), jika lebih dari 75% siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat dikategorikan sebagai tingkat yang baik.Peneliti juga telah membahas hal tersebut kepada guru bahasa Inggris. Selain mengamati kegiatan siswa, pengamat juga mengamati kinerja mengajar guru selama proses belajar mengajar. Diharapkan guru bisa mendapatkan nilai 80 dalam proses belajar mengajarnya. Jadi, jika guru dapat mencapai target, ini menunjukkan bahwa kinerja mengajar guru baik. Ada beberapa aspek yang menjadi indikator untuk kinerja mengajar guru, yaitu: melakukan apresiasi, menguasai materi pembelajaran, memiliki strategi pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, yang melibatkan para siswa, dan memiliki evaluasi.

 E. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan dua jenis instrumen. Instrumen pertama adalah sumber utama instrumen informasi dan yang kedua mendukung analisis itu sendiri.Instrumen yang digunakan disini adalah tes tertulis dan lisan (untuk mengetahui penguasaan kosakata siswa) dan observasi. Instrumen ini dapat digambarkan seperti berikut ini:
1. Tes tertulis dan lisan Instrumen pertama kali digunakan dalam mendapatkan data adalah tes tertulis dan lisan.Tes tertulis dan lisan dipilih sebagai instrumen karena diperlukan siswa untuk mengukur penguasaan kosakata mereka.Tes tertulis dan lisan juga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka.Peneliti menggunakan tes kosakata yang diusulkan oleh Heaton (1991). Tugas akan menilai pemahaman kosakata yang dimilki siswa yaitu dengan memilih jawaban yang benar terkait dengan materi yang diajarkan. Tes tertulis dan lisan terdiri dari 64 soal dibagi menjadi kosakata kata benda/noun (53), kata kerja/verb (8), article (2) dan affix (1). Tabel 1 Pengajaran Kosakata Kepada Siswa dengan Menggunakan Media audio-visual Kosakata Noun school, white board, books, classroom, bag, pencil, pen, etc. Verb Do, play, keep, prepare, make, study, fight, teach, etc. Article a, an, Affix “s” indicating plural form.
 2. Observasi Dalam penelitian ini, observasi dilakukan selama proses belajar mengajar. Pengamat mengamati proses yang terjadi di dalam kelas. Karena pengamatan dilakukan untuk mengamati kegiatan para siswa dan juga kinerja mengajar guru, peneliti menganalisis hasil pengamatan secara terpisah.Jadi, ada dua jenis lembar observasi, yaitu lembar observasi untuk kegiatan siswa dan lembar observasi untuk kinerja guru.Pengamatan dilakukan untuk mengetahui ketertarikan siswa untuk mengikuti kelas, siswa memperhatikan penjelasan pengajar, fokus mereka pada aspek penguasaan kosakata dan aktivitas guru dalam mengajar kosakata melalui media audio-visual.Serupa dengan kegiatan siswa, aspek kinerja mengajar guru diamati pada kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran.Untuk menguji kinerja mengajar guru, peneliti menggunakan pedoman dari Departemen Pendidikan Nasional 2006. Semua hal penting yang terjadi selama proses belajar mengajar yang dicatat oleh pengamat. F.Analisis Data Analisis data adalah proses pengorganisasian data untuk mendapatkandata dari pola dan bentuk penelitian. Istilah interpretasi dapat didefinisikan sebagai prosedur pemberian makna pada hasil proses analisis. Analisis data dilakukan untuk membuat pemahaman tentang data dan setelah mengikuti hasil prosedur tertentu dari penelitian yang dapat disajikan oleh peneliti untuk pembaca (Setiyadi, 2006). Dalam menganalisis dan menafsirkan data, langkah pertama yang peneliti lakukan adalah membuat abstraksi dari semua data yang dikumpulkan.Setelah melakukan penelitian, peneliti membuat abstraksi dari semua data yang dikumpulkan.Maka peneliti memilih data yang berhubungan dengan masalah penelitian.Maka peneliti mengatur semua data yang dikumpulkan dengan mengelompokkan data. Dalam hal ini, peneliti mengklasifikasikan data ke dalam dua kategori: data dalam produk pembelajaran dan data dalam proses pembelajaran, observasi dan tes tertulis dan lisan. Ketika peneliti mendapat data, peneliti mencoba untuk menafsirkan semua data yang dikumpulkan dari setiap siklus. Dan berdasarkan analisis dan refleksi dari setiap siklus, peneliti memutuskan apakah akan ada siklus berikutnya atau tidak.
 1. Hasil Belajar Untuk mengetahui produk pembelajaran, peneliti menggunakan tes tertulis dan lisan dalam bentuk mencocokkan kata dan beberapa item pilihan untuk mengumpulkan data. Ada indikator yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari tes: Jika setidaknya 70% dari nilaisiswa bisa mencapai 70 atau lebih untuk hasil ujian, diasumsikan bahwa media audio-visual mampu mendorong hasil belajar dan meningkatkan penguasaan kosakata siswa. Untuk mengetahui persentase siswa yang mendapatkan ≥ 70, rumus berikut digunakan: Jumlah siswa yang mendapatkan ≥ 70 X 100 Jumlah siswa
2. Proses Belajar Dalam proses belajar ini, pengamatan dilakukan baik kepada guru dan siswa dengan pengamat selama proses belajar mengajar dengan mengamati seluruh aktivitas di kelas dan dengan mengisi lembar observasi. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses belajar mengajar berdasarkan masalah yang dihadapi oleh guru. Indikator yang digunakan untuk menganalisis proses belajar siswa dan guru adalah: Jika 80% atau lebih siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar saat media audio-visual sedang dilaksanakan, itu berarti target terpenuhi. Jika lebih dari 80% dari siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar, itu bisa dikategorikan sebagai tingkat yang baik.Jika guru bisa mendapatkan nilai 80 dalam kinerja mengajar, itu berarti guru bisa mengajar para siswa sangat baik dengan menggunakan video yang video sebagai media pengajaran.Jadi, jika guru bisa mencapai target, itu berarti bahwa kinerja mengajar guru yang baik. Dan jika salah satu indikator di atas tidak tercapai pada siklus I, peneliti akan menerapkan siklus berikutnya. Untuk mendapatkan data dari proses pembelajaran, peneliti menggunakan lembar observasi. Hasil lembar observasi dianalisis setelah setiap siklus selesai dilakukan.

2.1. observasi Karena pengamatan dilakukan untuk mengamati kegiatan para siswa dan juga kinerja guru, peneliti menganalisis hasil pengamatan secara terpisah.Dalam menganalisis data dari mengamati kegiatan siswa, peneliti menghitung jumlah siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan juga menghitung persentase siswa.Selain itu, peneliti membuat abstraksi atau deskripsi kemudian memilih data penting yang berkaitan dengan kegiatan siswa. Sementara itu, dalam menganalisis data dari mengamati kinerja mengajar guru, peneliti melakukan langkah-langkah berikut:
2.1.1. Menghitung Total Nilai Pada langkah ini, peneliti menghitung jumlah nilai dari dua aspek kegiatan belajar siswa dan kinerja mengajar guru.Aspek yang menjadi indikator pencapaian meliputi kegiatan belajar siswa dan kinerja guru dalam kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
 2.1.2. Membuat deskripsi dari data yang akan dianalisa Penganalisisan sama dengan menganalisis aktivitas siswa, dalam menganalisis kinerja mengajar guru peneliti juga membuat beberapa keterangan dari data yang dikumpulkan yang diperkaya dan didukung hasil analisis.


 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Bismoko, J. 1976. An Introductory Reader to Methods of Teaching English in Indonesia. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma. Brown, 1957.Principle of Language Learning and Teaching. New Jersey: Prentice Hall Inc. Burt, M. (1999).'Using Video with Adult English Language Learners', Eric Digest. Online, retrieved on 27 September 2008 from URL: http://www.ca1.orgicaelalesl%5Fresourcesidigestsivideo.html. Canning-Wilson.C.2000. Practical Aspect of Using Video in The Foreign LanguageClassroom. The Center of Excellent for Research and Training Highis College of Technology (Abu Dhabi). Christine.Canning (at).hct.ac.ae.June, 21 2006 http://itestj.orglarticles/canning.video.html. Evans, J. 1984. Video and Nonverbal Communication.Guidelines a Periodical for Classroom Language Teachers. 6: 25-30. SEAMO Regional Language Center. Singapore. Flynn, K.F. (1998). "Bring Language to Life! Using Video in your ESV EFL Program".ESL Magazine Online. Retrieved on 22 September 2009, from http://www.eslmag.comlmarapr98art.html. Fries, Charles C. 1967.Teaching and Learning English as a Foreign Language. The University of Michigan Press. United States of America. Galacher, A. 2003.Using Video in Language Teaching. Retrieved on 21 December 2009 from http://www.usingvideo.originarticles.htm. Geddes, L.2003. Video and Young Learners 1.June,21 2006. British Council www.teachingenglish.org.uk/think/resouces/video_young1.shtml. Geddes, M. and Strutridge, G. 1984.Video in the Classroom. Heinemann Educational Books. New York. Griffin, Lori. (n.d.).Using Video in the Classroom. Retrieved on 20 September 2009, from http://www.libraryvideo.html. Hamalik, Oemar. 1982. Media Pendidikan. Alumni. Bandung. Harmer, Jeremy. 1993. The Practice of English Language Teaching. Longman. London. Kemmiss, S. N., and Mc. Taggart, R. 1982. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press. Krashen, S. D. 1982. The Fundamental Pedagogical Principle in Second Language Teaching. Studia Linguistica. Mc Niff, Jean. 1995. Action Research: Principles and Practice. New York: Routledge Publisher. Nation, LS.P. 1990. Teaching and Learning Vocabulary. Heinle and Heinle Publisher. United States of America. Napa, Pieter, A. 1991. Vocabulary Development Skill.Yogyakarta.Kanisius. Rhodes and Pufahl. 2003. Video in Teaching EFL. Retrieved on 12 December 2008 from http://www.videolistening.org/art/vidtech.htm. Rinanto, Andre. 1982. Peranan Media Audiovisual dalam Pendidikan. Penerbit Yayasan Kanisius. Yogyakarta. Setiyadi, B. 2006. MetodePenelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing. Graha Ilmu. Yogyakarta. Stempleski, Susan. (2005). Short takes: Using authentic video in the English class. Paper presented at the Annual Meeting of the International Association of Teachings of English as a Foreign Language (21 st, Westende, Belgium, April 12-14, 2005). Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1997. Media Pengajaran. Penerbit Sinar Baru Bandung. Sulaeman, Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan. PT Gramedia. Jakarta. Thao vu, TP. 2003.The Contribution of Multimedia Tools.Efl Settings Unfamiliar with Technology. September 2003. University of foreign Studies. Vietnam. June, 21 2006 http://www.asian-efl-journal.com/sept_03_sub3_,php. Tomalin, B. (2001). Film: Resource books for teachings. Oxford: Oxford University Press. Retrieve on 29 September 2008 from http://www.videointeaching/tl/org/journal//htm. Wallace, Michael J. 1986. Teaching Vocabulary. Haineman Educational Book Ltd. New York. Wilkin.D.A. 1980.Linguistics in Language Teaching.Richard Clay Ltd. London. -----------. 1988. The World BookDictionary. World Book, Inc. USA.

Jumat, 28 Oktober 2016

<!-- Start of KomisiGRATIS.Com Script -->
<script type="text/javascript" src="http://komisigratis.com/ads.php?pub=28607"></script>
<!-- End of KomisiGRATIS.Com Script -->

Kamis, 27 Oktober 2016

Menghidupkan kelas dengan Metode Window Shopping


metode window shopping

<!-- Start of KomisiGRATIS.Com Script -->
<script type="text/javascript" src="http://komisigratis.com/ads.php?pub=28607"></script>
<!-- End of KomisiGRATIS.Com Script -->

Menghidupkan kelas dengan Metode Window Shopping 
http://goeswarno.blogspot.co.id/2011/11/model-pembelaran-window-shopping.html


Mengelola kelas dengan beragam metode pengajaran yang menyenagkan dan mengasikkan  merupakan ciri khas guru masa kini yang profesional dan berkompetensi. Guru diharapkan bisa menerapkan berbagai metode belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa merasa bersemangat untuk belajar.

Dalam model pembelajaran ini siswa sangat asyikk.. karena mereka bisa berjalan-jalan sambil belajar. Yang mana siswa yang berjalan-jalan ke kelompok lain mempunyai tugas untuk memberikan masukan dan pertanyaan tentang materi yang dibahasa. Dalam pembelajaran model ini... satu kelompok bisa terdiri dari 5 orang atau lebih.. tergantung situasi jumlah siswa di kelas. Dalam pembelajaran ini satu kelompok siswa dibagi menjadi 2 bagian,yaitu kelompok penjual  dan kelompok pembeli. Siswa bertugas sebagai penjual... menunggu hasil kerja kelompok dan siap untuk melakukan kegiatan tanya jawab dengan kelompok pembeli yang berkujung ke kelompok mereka. Siswa yang bertugas sebagai pembeli ,,, tugasnya berkunjung ke kelompok penjual untuk membeli produk materi yang dipresentasikan oleh kelompok penjual. Dalam hal ini terjadi proses jual beli yaitu dengan serangkaian pertanyaan dan jawaban yang dilakukan oleh siswa , baik dari kelompok penjual maupun kelompok pembeli. Masing-masing kelompok menugas temannya sebagai pembeli untuk merespon hasil pekerjaan teman-teman selama 3 atau 5 menit tergantung alokasi waktu yang dibutuhkan oleh guru.

http://goeswarno.blogspot.co.id/2011/11/model-pembelaran-window-shopping.html<!-- Start of KomisiGRATIS.Com Script -->
<script type="text/javascript" src="http://komisigratis.com/ads.php?pub=28607"></script>
<!-- End of KomisiGRATIS.Com Script -->



Puisi "Luka Hati Sang Guru"


 PUISI
LUKA HATI SANG GURU
OLEH : Dahliardi
Usah tanyakan tentang pengabdian...ku?
Usah hitung tetes keringatku ....
Usah hiraukan amarahku ....
Usah hormati aku .....!

Jelas ... aku adalah seorang guru
Jelas ,... aku adalah pendidik
Jelas .... pengabdian adalah motto hidupku.
Dihormati ... tidak dihormati... profesiku.
Adalah seorang pengajar.

Yang setiap akhir bulan...
Mendapatkan anggokan daftar hutang di warung-warung
Yang setiap bulan ....
Istri marah-marah hanya ada beras di rumah ...
Yang setiap hari anakku menangis ....
Karena tak ada uang tuk jajan....
Luka hatiku... lihat anakku..! Istriku di rumah....
Tapi pengabdian adalah loyalitasku
Mengabdi .... menangis adalah warna hidupku ....
Itulah kehidupanku.
(Medio September 2002)

Puisi Jeritan hati sang guru untuk buah hatinya


Jelas ... aku adalah seorang guru
Jelas ,... aku adalah pendidik
Jelas .... pengabdian adalah motto hidupku.
Dihormati ... tidak dihormati... profesiku.
Adalah seorang pengajar.

center
Yang setiap akhir bulan...
Mendapatkan anggokan daftar hutang di warung-warung
Yang setiap bulan ....
Istri marah-marah hanya ada beras di rumah ...
Yang setiap hari anakku menangis ....
Karena tak ada uang tuk jajan....
Luka hatiku... lihat anakku..! Istriku di rumah....
Tapi pengabdian adalah loyalitasku
Mengabdi .... menangis adalah warna hidupku ....
Itulah kehidupanku.
(Medio September 2002)


Senin, 10 Oktober 2016

SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS

PEMERINTAH KABUPATEN WAY KANAN
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMP NEGERI 1 REBANG TANGKAS
JL/DR.AK.Gani - Beringin Jaya Kec. Rebang Tangkas-Way Kanan
=======================================================================

SURAT PERNYATAAN
No. 420/064/III-04-20/2015

Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama                                              : HERLI EFENDI,S.Pd.
NIP                                                 : 19690703 199311 1 002
Pangkat/Golongan                          : Pembina,IV/a
Jabatan                                            : Kepala Sekolah
Unit Kerja                                       : SMPN 1 Rebang Tangkas

Dengan ini menerangkan bahwa Pegawai Negeri Sipil dibawah ini :

Nama                                              : DAHLIARDI,S.Pd.
NIP                                                 ; 19740815 201407 1 002
Pangkat/Golongan                         : Penata Muda, III/a
Jabatan                                            : Guru Bahasa Inggris
Unit Kerja                                       : SMPN 1 Rebang Tangkas

            Dalam melaksanakan tugas sehari-hari menunjukkan disiplin dan mempunyai integritas yang tinggi serta tidak sedang menjalani hukuman disiplin.
           Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan sebanr-benarnya, apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar sya bersedia dituntut di muka Pengadilan.

                                                                                             Blambangan Umpuu, 17 Juli 2015
                                                                                             Kepala SMPN 1 Rebang Tangkas



                                                                                             HERLI EFENDI,S.Pd.
                                                                                             NIP. 19690703 199311 1 002

Sabtu, 08 Oktober 2016

SMPN 1 Rebang Tangkas Tingkatkan Kualitas dan kwantitas Pendidikan


S

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengentaskan buta aksara agar semua rakyat Indonesia bisa membaca dan menulis, setidaknya melek huruf dan angka dulu. Selanjutnya pendidikan mendedikasikan tujuannya untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,sehat,cakap,trampil dan inovatif serta berbudi pekerti yang luhur, ramah tamah dan menjunjung tinggi sopan santun agar menjadi mandiri dan warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Hal ini sejalan dengan misi dan visi dari SMPN 1 Rebang Tangkas dalam rangka menuju Visi HEBAT nya untuk semua warga sekolah.


SMPN 1 Rebang tangkas kabupaten Way Kanan yang sekarang di pimpin oleh HERLI FENDI,S.Pd dengan dibantu oleh Waka Kesiswaan Drs.Amarullah dan Waka Kurikulum Dahliardi,S.Pd. memiliki 345 siswa yang tersebar dalam 10 rombel yaitu 7ABCD,8ABC dan 9ABC.Penerimaan Siswa baru tahun pelajaran 2016/2017 berjumlah sebanyak 130 orang siswa yang dibagi ke dalam 4 rombel. Dalam kegiatan KBM dibantu oleh 20 orang Guru dan 7 Staf Tata Usaha. yang profesional dan memiliki rasa tanggungjawab yang penuh dalam memajukan sekolah sesuai dengan visi dan misi yang dikembangkan semasa kepemimpinan Bpk Herli Efendi,S.Pd. yaitu mewujudkan SMPN 1 Rebang tangkas HEBAT (Harmonis, Energik,Berprestasi,Agamis dan Tertib).

Untuk mencapai visi dan misi HEBAT tersebut sekolah kami memiliki program unggulan yang terkonsep dan terprogram dalam mencetak siswa/siswi yang memiliki prestasi baik di bidang akademik maupun bidang ekstrakurikuler. Prestasi yang dihasilkan siswa diharapkan dapat membentuk dan menumbuhkan semangat juang dan daya saing dalam menghadapi persaiangan di dunia pendidikan sehingga memb entuk pribadi siswa yang disiplin,bermental jujur dan mampu lulus dengan nilai yang memuaskan diatas passing grade yang ditetapkan oleh pemerintah.

SMPN 1 Rebang Tangkas telah meraih berbagai prestasi sejak berdiri di tahun 1992 yang cukup ,membanggakan  di tingkat provinsi,kabupaten dan kecamatan. Dalam lima tahun terakhir sekolah kami lulus 100% dengan sebaran melanjutkan ke sekolah yang bonafit dikisaran 50%, berarti siswa kami mampu bersaing untuk sekolah di tempat yang prestasi siswanya baik di tingkat SMA nantinya.
Dimana dalam setahun terakhir ini sekolah sudah menerima hadiah dari tim karateka yang menang di tingkat kabupaten, perwakilan qori putra juga menang ditingkat provinsi dalam lomba mtq pelajar tingkat provinsi dan terakhir megirimkan utusan dalam jambore daerah provinsi serta aktif dalam mengikuti setia[ kegiatan yang diadakan dalam bidang olahraga, PMR, Karate. Harapan kami semoga kedepan sekolah kami mampu melahirkan lebih banyak lahi siswa yang berprestasi dalam mengharumkan nama sekolah SMPN 1 Rebang Tangkas, yang beralamat di Jl.DR.AK.Gani No.01-03 Kampung Beringin Jaya Kecamatan Rebang Tangkas Kabupaten Way kanan 34565 Provinsi Lampung.