Aku seorang pendidik yang setiap kegiatan selalu bersama siswa dan siswi. Banyak suka duka yang telah aku alami selama menjadi sang umar bakri penyebar pengetahuan bagi putra putri bumi pertiwi tercinta ini. Sebagai pendidik aku terkenal sebagai pendidik yang bengis., disiplin dalam menerapkan pola mengajar kepada siswa. Itulah yang membuat siswa kurang respek kepadaku, terlebih lagi aku mengajar untuk Mata pelajaran Bahasa Inggris, salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa karena tidak mengerti bahasanya.
Dari pengalamanku selama bertahun-tahun mengajar, sulit sekali bagi siswa untuk interest dengan bahasa inggris, apa sisebabkan oleh sekolah tempatku mengajar berada di kampung, sehingga siswa beranggapan takkan ada gunanya bisa berbahasa inggris toh tidak dapat mempraktekkannya langsung ketemu dengan bule. Mungkin itu salah satunya, yang lain mungkin minat siswa untuk bisa berbahasa inggris itu tidak ada sama sekali. Bertahun-tahun belajar bahsa inggris, jika sudah tamat nanti hanya bisa 3 kata saja yang unggul dlam ingatan yaitu I, love dan you. itu saja sementara yang lain tidak tahu sama sekali. Perkara membuat anak untuk senang belajar bahasa inggris inilah yang membuat aku sering marah, dan menjadikan bulanan kemarahan dalam diriku. Bagaimanakah cara mengajari siswa ini agar mau menerima bahasa inggris ?
Karena minat yang rendah, tersebut membuat aku sering marah-marah di kelas, dan membuat siswa ketakutan untuk waktu tertentu... tapi terkadang siswa cuek dengan kemarahanku dan asik dengan dunia mereka sendiri, yaitu ribut dan ngobrol dengan teman sebangku waktu jam pembelajaran sedang berlangsung. Jadi membuat suasana kelas menjadi ramai oleh obrolan siswa, bukan belajar malah ngobrol. Sekalipun sudah ada kamus di depan mereka semua, mereka lebih senang ngobrol daripada mencari kata demi kata untuk diartikan ke dalam bahasa indonesia, apalagi belajar ngomong percakapan bahasa inggris. itu semua diluar kemauan mereka sebagai siswa yang ingin tahu segala macam pengetahuan dan bahasa.
Suatu saat tanpa terkontrol emosiku, aku melabrak seorang siswa yang sedang lari-larian di dalam kelas sambil mengganggu teman cewek yang mau belajar. Saat itu emosiku penuh sampai ke ubun-ubun sehingga buku cetak telak berada di pundak siswa tersebut. Tanpa sadar siswa tersebut langsung menangis dan minta pulang dengan mengambil tasnya. Aku tersendak, tak menduga siswa tersebut akan menangis oleh karena tepukan buku cetakku. Aku berusaha menahan dan membujuknya tapi dia tetap ngotot uingin pulang dan mengadu ke orangtuanya. Apalah dayaku, aku merelakan dia pulang dengan perasaan was-was akan ancaman siswa tadi yang akan mengadu ke orangtuanya. I ni peristia yang kesekian kalinya aku tak terkontrol emosi dalam menghadapi siswaku.\
Siswa tersebut pulang, aku ke ruang kepala sekolah danmenceritakan kronolgi kejadian tersebut dengan harapan ada pembelaan dari kepala sekolah jika orangtua, kakak,paman,bibi atau sepupunya datang ke sekolah dengan emosi yang tinggi karena mendengar aduan dari anak tersebut. Setelah berbincang dengan kepala sekolah, aku pun melanjutkan mengajar siswa samapi bel pulang berbunyi dengan diselingi perasaan takut kalau-kalau si orangtua anak tadi anak membawa parang mengancam keselamatanku.
Selama menanti kalau-kalau si orangtua anak tadi datang,aku tak henti-hentinya menyesali diri dan terbersit satu niatan dalam hati ,janjikepada Allah SWT. yaitu jika si orangtua anak tadi tidak datang menemuiku untuk mengamuk karena anak ku ketuk bahunya dengan buku, maka selama tiga hari menunggu, selepasnya aku berjanji untuk mulai sholat berjamah ke masjid untuk waktu sholat yang harus ku kerjakan. Itulah awal dari hidayah yang ku terima untuk selalu menjalankan sholat berjamaah di masjid. sampai saat ini.... aku sudah banyak mengubah diriku tuk menjadi guru yang penyabar,penyayang dan pengayom untuk sisa-siswi yang ku ajar, walau sesekali masih suka emosian tapi selalu ingat akan Allah SWT dan janjiku kepada yang Kuasa untuk menjadi guru yang penyabar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar